Nyadran Itu Budaya Atau Tradisi
Nyadran, Kegiatan Musrik atau Budaya?
Nyadran umumnya salah satu kegiatan
sebelum bulan ruwah atau Ramadhan tiba, yaitu seperti prosesi membersihkan
makam leluhur, membuat syukuran dengan kenduri. Nyadran jika ditelusuri
merupakan adat Hindu berasal dari kata Sradha – nyradha – nyradhan, kemudian
menjadi nyadran. Kegiatan itu dilakukan masyarakat Indonesia dan sudah seperti
menjadi budaya kita, akan tetapi prosesi itu di zaman modern mulai ditinggalkan
karena masyarakat sekarang sudah mulai tahu bahwa kegiatan itu merupakan
kegiatan atau ritual yang musrik dikerjakan karena pada umumnya Indonesia
menganut ajaran Islam.
Dengan memahami tradisi nyadran, kita
tentu sepakat nyadran bukan ajaran islam. Hanya saja, oleh sebagian orang jawa
diklaim sebagai bagian dari islam. Mulai dari sejarah yang melatar belakanginya,
hingga perjalanannya. Nyadran tidak hanya dilakukan kaum muslimin, tapi juga dilakukan
selain penganut islam, seperti kejawen, hindu, dan penganut aliran kepercayaan
lainnya. Karena orang harus punya keyakinan bahwa hal seperti itu tidak terus
menerus diperdebatkan lagi,
Bukti Nyadran bukan budaya ajaran
Islam adalah dikitab suci Al-Qur’an dan
Al-Hadist, Bahwa “Sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan kaum sebelum kalian,
sama persis sebagaimana jengkal tangan kanan dengan jengkal tangan kiri, hasta
kanan dengan hasta kiri. Sampai andaikan mereka masuk ke liang biawak, kalian
akan mengikutinya.” (HR. Bukhari 3456, Muslim 2669 dan yang lainnya). Hal seperti
itu tentu sangat jelas dan patut kita patuhi sebagai umat muslim di Indonesia,
akan tetapi Nyadran juga merupakan tradisi yang juga harus kita hargai sebagai
manusia makhluk yang bersosial dan berinteraksi.
Kita sebagai masyarakat yang
pintar tentu dapat memilih dan menerapkan ini kepada generasi kita, dengan mana
yang benar mana yang tidak, supaya kegiatan atau hal-hal yang dilakukan oleh
nenek moyang kita dulu dapat kita tela ah dan bisa menjadi pedoman kita dalam
melakukan kegiatan agar tidak bertentangan dengan agama yang kita anut.
Menjadi suri tauladan yang baik
bagi generasi kita juga merupakan budaya yang asli dari diri kita sejak lahir,
kita terus belajar dijalan yang benar dan pandai menerapkan pandangan hidup
kita agar berpedoman kepada kitab suci yang kita anut, kita makhluk sosial kita
wajib berinteraksi kepada semua makhluk ciptaan Tuhan, kita ada Pancasila yang sudah
menerapkannya bagi bangsa Indonesia, menghargai budaya lain dan beda antar
agama merupakan jati diri manusia yang sebernar-benarnya.