Jumat, 01 Juli 2016

Nyadran Itu Budaya Atau Tradisi

Nyadran, Kegiatan Musrik atau Budaya?

Nyadran umumnya salah satu kegiatan sebelum bulan ruwah atau Ramadhan tiba, yaitu seperti prosesi membersihkan makam leluhur, membuat syukuran dengan kenduri. Nyadran jika ditelusuri merupakan adat Hindu berasal dari kata Sradha – nyradha – nyradhan, kemudian menjadi nyadran. Kegiatan itu dilakukan masyarakat Indonesia dan sudah seperti menjadi budaya kita, akan tetapi prosesi itu di zaman modern mulai ditinggalkan karena masyarakat sekarang sudah mulai tahu bahwa kegiatan itu merupakan kegiatan atau ritual yang musrik dikerjakan karena pada umumnya Indonesia menganut ajaran Islam.

Dengan memahami tradisi nyadran, kita tentu sepakat nyadran bukan ajaran islam. Hanya saja, oleh sebagian orang jawa diklaim sebagai bagian dari islam. Mulai dari sejarah yang melatar belakanginya, hingga perjalanannya. Nyadran tidak hanya dilakukan kaum muslimin, tapi juga dilakukan selain penganut islam, seperti kejawen, hindu, dan penganut aliran kepercayaan lainnya. Karena orang harus punya keyakinan bahwa hal seperti itu tidak terus menerus diperdebatkan lagi,
Bukti Nyadran bukan budaya ajaran Islam adalah dikitab suci Al-Qur’an  dan Al-Hadist, Bahwa “Sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan kaum sebelum kalian, sama persis sebagaimana jengkal tangan kanan dengan jengkal tangan kiri, hasta kanan dengan hasta kiri. Sampai andaikan mereka masuk ke liang biawak, kalian akan mengikutinya.” (HR. Bukhari 3456, Muslim 2669 dan yang lainnya). Hal seperti itu tentu sangat jelas dan patut kita patuhi sebagai umat muslim di Indonesia, akan tetapi Nyadran juga merupakan tradisi yang juga harus kita hargai sebagai manusia makhluk yang bersosial dan berinteraksi.

nyadran, budaya
Kita sebagai masyarakat yang pintar tentu dapat memilih dan menerapkan ini kepada generasi kita, dengan mana yang benar mana yang tidak, supaya kegiatan atau hal-hal yang dilakukan oleh nenek moyang kita dulu dapat kita tela ah dan bisa menjadi pedoman kita dalam melakukan kegiatan agar tidak bertentangan dengan agama yang kita anut.


Menjadi suri tauladan yang baik bagi generasi kita juga merupakan budaya yang asli dari diri kita sejak lahir, kita terus belajar dijalan yang benar dan pandai menerapkan pandangan hidup kita agar berpedoman kepada kitab suci yang kita anut, kita makhluk sosial kita wajib berinteraksi kepada semua makhluk ciptaan Tuhan, kita ada Pancasila yang sudah menerapkannya bagi bangsa Indonesia, menghargai budaya lain dan beda antar agama merupakan jati diri manusia yang sebernar-benarnya.
Baca selengkapnya

Permainan Tradisional Adalah Budaya Kita

Permainan Tradisional Mulai Ditinggalkan

Permainan Tradisional di Indonesia banyak dan beragam, mulai dari sabang sampai merauke tentunya. Di zaman modern seperti sekarang ini kehidupan masyarakat yang semakin maju, permainan tradisional yang menjadi ciri khas dan jati diri bangsa sendiri sudah ditinggalkan dan merupakan hal yang sudah tak terbantahkan lagi, apa yang harus dilakukan oleh kita sebagai generasi penerus bangsa, apakah kita hanya duduk dan berdiam diri saja, menunggu keajaiban.

Mungkin bergesernya zaman ke modern menjadi penyebab utamanya, seperti kehadiran permainan yang menggunakan mesin elektronik seperti permainan di ponsel pintar dan video games. Kita tak perlu capek-capek berkegiatan di waktu yang nyata, kita hanya duduk dan memainkannya saja, tak pelak harus ada tindakan untuk melestarikan,  supaya permainan tradisional tidak ditinggalkan.

Di negara kita Indonesia malah sudah jarang kita lihat anak kecil mungkin SD memainkan permainan tradisional, biasanya pada hari minggu atau liburan mereka sekarang malah beralih memilih ke warnet atau ke game online yang sekarang perkembangannya semakin banyak kita jumpai, tentunya butuh peran banyak pihak untuk menyelesaikan permasalahan ini, supaya tidak berlarut-larut dan telat untuk kita tangani. Kondisi di negara kita ini, berbeda dengan negara maju di Asia, Jepang dan Cina yang memiliki rasa kebanggaan sangat tinggi akan budaya tradisinya di tengah arus modernisasi, sedangkan kita justru sebaliknya.

Untuk mengantisipasi permasalahan ini perlu banyak pihak yang terlibat dan bertindak langsung, seperti peran yang utama yaitu peran orang tua, seharusnya orang tua wajib mengajari dan memberi contoh yang baik, akan tetapi maksud kebaikan orang tua justru dibilang “blunder” dan merugikan buah hatinya sendiri, contoh kelalaian orang tua  masa kini sering memanjakan anak seperti memberi kebebasan dalam berkegiatan mengelola ponsel pintar mereka sendiri, hal ini sangat disayangkan karena yang namanya anak-anak dalam berkegiatan perlu dibatasi, perlu pendampingan dan batasan waktu agar kelakuan atau aqidahnya tidak terpupuk oleh permainan virtual itu.

lompat tali, permainan tradisional, budaya











Sesungguhnya permainan tradisional sangatlah menarik, mendidik, dan menyenangkan. Permainan tradisional mengajarkan kita untuk bekerja sama, mudah bersosialisasi, tangkas, kreatif, dan bersemangat.

Memang peran Teknologi sangat membantu dalam berbagai pengembangan permainan akan tetapi kita kurang mendapatkan sensasi yang disebutkan diatas. Untuk itu ayo kita sama-sama lestarikan permainan seperti lompat tali, gobak sodor, bekel dan lain-lain supaya tidak diklaim oleh negara lain.
Baca selengkapnya